Maizatul Farhanah, siswi SMP Negeri 3 Batam, akhirnya tewas pada Kamis
(16/12) sekitar pukul 04.00 WIB subuh kemarin, setelah dua pekan tak
sadarkan diri di ruang perawatan Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK).
Maizatul Farhanah, siswi SMPN 3 Batam dikafankan di rumah duka, Blok C5 No. 11 Perum Tiban Palem. Wawako Ria Saptarika ikut melayat. Maizatul Farhanah (tengah) semasa hidupnya inzet).
Siswi yang baru duduk di kelas VII/6 (kelas 1 SMP) itu diduga mengalami gangguan otak akibat kejutan (surprise) yang berlebihan dari guru dan teman-teman sekelasnya di hari ulang tahunnya yang ke-13, Jumat 26 November lalu. Seperti apa kejutan yang berujung maut itu?
Menjelang siang, Jumat (26/11), Farhanah berkemas-kemas ke sekolahnya. Ia masuk siang dan tidak ingin terlambat. Ayahnya, Mukhlasin,36, yang setiap hari mengantar dan menjemputnya pun sudah siap. Ibunya, Ratna, juga sudah menyiapkan makan siang untuk buah hatinya itu. Setelah makan, Farhanah pun meluncur dari rumahnya di Perum Tiban Palem ke sekolahnya diantar sang ayah. Beberapa menit kemudian, Farhanah tiba di sekolahnya di SMPN3, Kartini Tiga, Seiharapan, Sekupang.
“Ayah, jemput kakak on time (tepat waktu) ya! Kakak mau pulang cepat, kakak takut disiram tepung karena susah menghilangkannya,” ujar Farhanah pada ayahnya. Sang ayah langsung menjawab dengan anggukan.
Setelah mencium tangan ayahnya, Farhanah bergegas masuk kelas, sementara ayahnya kembali ke rumahnya. Farhanah sempat mengikuti pelajaran seperti biasanya hingga jam istirahat pukul 15.00 WIB.
Saat jam istirahat itulah, beberapa temannya mengajak ke kantin sekolah. Rupanya hal ini sengaja dilakukan untuk mengalih-kan perhatian Farhanah yang akan diberi surprise di hari ulang tahunnya yang ke-13.
Tanpa curiga, Farhanah mengikuti ajakan temannya di kantin. Saat jajan dan bercanda dengan teman-temannya di kantin sekolah, teman-temannya yang lain masuk ke ruang kelas. Mereka memasukkan telepon seluler (ponsel) ke tas milik Farhanah. Teman yang lainnya juga memasukkan uang Rp300 ribu.
“Hape itu punya Ifa, sedangkan uang Rp300 ribu punya Ziko, teman sekelas kami juga,” ujar salah seorang teman korban kepada Batam Pos, kemarin.
Setelah ponsel dan uang dimasdukkan ke tas Farhanah, mereka bergegas keluar. Ini rupanya skenario kejutan ulang tahun yang sudah diatur teman-temannya bersama gurunya untuk Farhanah. Setelah bel tanda masuk berbunyi, seluruh siswa kembali ke kelasnya. Rencananya murid kelas VII/6 akan menerima pelajaran Matematika. Namun tiba-tiba Ifa dan Ziko mengadu ke teman-temannya kalau kehilangan ponsel dan uang.
Yeni, wali kelas mereka dipanggil untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Sebelumnya ibu wali kelas telah diberitahukan kalau Farhanah akan dikerjain dengan cara dituduh mencuri Hp dan uang temannya,” ujar gadis berjilbab ini.
Sang Wali Kelas pun meminta 33 siswa kelas VII/6 itu keluar ruangan. Hanya enam orang disuruh memeriksa satu per satu isi tas pelajar yang baru sekitar enam bulan belajar di sekolah itu.
Setelah digeledah, akhirnya Hp dan uang itu ditemukan di tas Farhanah. Farhanah pun dipanggil masuk ke ruang kelas. Ia diteriakin maling oleh teman-temannya. Mendegar hinaan itu, Farhanah kaget bukan main. Ia tak menyangka kalau ia tertuduhnya.
Ia langsung jatuh pingsan. Setelah beberapa saat tak sadarkan diri, akhirnya pihak sekolah menghubungi orangtuanya. Beberapa saat kemudian, ayahnya tiba di SMPN3, tak lama setelah Farhanah siuman. Namun, Farhanah tampak lemas dan pandangannya kosong.
“Sebagai remaja putri, ia sangat malu. Dia syok dibilang maling oleh teman-teman saat itu,” ujar Mukhlasin, ayahnya.
Ia kemudian membawa putri-nya itu pulang. Farhanah pun mengeluh ke ayahnya soal perlakukan yang dialaminya.
“Kakak (Farhanah, red) tak suka dikerjain seperti itu,” ujar korban seperti ditirukan ayahnya saat dibonceng sepeda motor dari sekolahnya.
Setelah sampai di rumah, Farhanah berubah total. Dia menjadi pendiam dan tatapan matanya tampak kosong. Ia menjadi pemurung. Ia tak seceria hari-hari sebelumnya.
Alumni sekolah Ulil Albab Tiban itu, kata ayahnya, keesokan harinya (Sabtu, 27/11) masih masuk sekolah. Tapi ia tampak seperti orang kebingungan. Tugas Matematika dan IPA yang diberikan gurunya tidak dikerjakannya.
Kemudian Minggu (28/11), korban terlihat syok berat. Ia lalu disarankan untuk berdoa dan banyak Istigfar. “Dia disuruh ibunya salat Dhuha. Usai salat, ia malah menangis sejadi-jadinya,” kata Mukhlasin yang juga salah satu guru di Yayasan Ulil Albab ini.
Sejak saat itu, Farhanah mulai tidak tenang. Ia tak lagi tidur dengan tenang apalagi makan. Kemudian pada Senin (29/11), Farhanah diizinkan tidak masuk sekolah. Ia lalu dilarikan ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK). Di sana langsung mendapat perawatan intensif, namun kondisi kesehatan dan kejiwaan Farhanah terus memburuk.
“Selama 14 hari dirawat, hanya dua hari ia sadarkan diri. Itupun tak bisa bilang apa-apa,” kata Mukhlasin.
Kemudian pada Kamis (16/12) subuh, Farhanah akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. “Dia tak sempat bilang apa-apa lagi kepada kami orangtua maupun adiknya. Dia telah kembali kepada Allah,” ujar Mukhlasin, berurai air mata.
Kemarin, jenazah Farhanah dibawa ke rumah duka untuk dimandikan, dikafani dan disalatkan sebelum dimakamkan. Wakil Wali Kota Batam Ria Saptarika yang juga sahabat Mukhlasin tampak hadir dan mendoakan Farhanah. “Tabah ya pak, ini ujian dari Allah,” ujar Ria menenangkan Mukhlasin.
Dilarang Merayakan Ultah
Terpisah, beberapa guru di SMP Negeri 3 yang coba dikonformasi memilih bungkam. Mereka tidak berani memberikan pernyataan terkait kasus yang menimpa salah satu anak didiknya tersebut.
“Oh, kalau mengenai Farhanah, sebaiknya tanya pak Kepsek (Sahir, red) saja. Kami tidak berhak,” ujar salah satu guru bagian Tata Usaha.
Demikian juga dengan guru lainnya. Indrawansyah misalnya, megaku tidak tahu menahu mengenai kasus tersebut. “Saya kurang tahu pula kasus itu ya, Kepseknya lagi keluar. Tanya kepsek saja ya, karena ini juga saya lagi menjaga siswa yang sedang ujian,” ujarnya.
Para siswa SMP Negeri 3 Sekupang pun banyak mengetahui kejadian tersebut. Citra, Ester dan Dwi misalnya, siswa kelas IX mengatakan, adik kelasnya tersebut meninggal karena radang otak, sekitar pukul 04.00 dini hari kemarin.
“Kata guru, dia meninggal karena radang otak, tapi teman-teman yang lain bilang dia dikerjai juga saat ulang tahun. Dia meninggal tadi pagi (kemarin),” ujar Citra.
Kepala SMP Negeri 3, Sahin yang ditemui membenarkan kalau surprise dengan cara berpura-pura memfitnah korban sebagai pelaku pencurian uang dan ponsel itu telah diketahui guru wali kelas murid kelas VII/6, Yeni.
“Temannya yang tanya ke wali kelas. Boleh nggak kita lakukan hal ini (kerjain korban, red),” ujar Sahir kepada koran ini di rumah duka yang beralamat di Blok C5 Nomor 11 Perumahan Tiban Palem, kemarin (16/12).
Namun demikian, kata Sahir, pihak sekolah dalam tata tertib-nya tidak mengizinkan adanya perayaan ulang tahun di kelas. Namun ia tak mau menyebutkan apakah tindakan teman-teman korban itu salah atau benar.
“Tujuan mereka sebenarnya baik, mereka memberikan surprise. Mereka tak berniat mencelakai almarhumah. Mereka juga tak menyangka akan begini akhirnya,” kata Sahir.
Sementara itu, teman akrab almarhumah Farhanah, Nita mengatakan, Farhanah adalah gadis periang, dan tidak pernah sakit. “Tapi sejak dikerjai sama anak-anak, dituduh mencuri itulah, dia sempat pingsan, lalu dijemput ayahnya pulang,” ujar Nita.
“Dia dituduh mencuri hape teman sekelasnya dengan cara hape dimasukin ke tasnya, lalu ada yang melapor kehilangan, diperiksa guru, terus dapat dari tasnya. Ia disorakin pencuri sambil ditunjuk-tunjuk,” ujar Nita lagi, mengenang kejadian tersebut sambil menangis kepada Batam Pos di Tiban, Kamis (16/12). Ia turut mengantarkan jenazah teman karibnya tersebut dari rumah duka Tiban Palem ke peristirahatan terakhir di tempat pemakaman umum, Sei Temiang.
Muslim: Kado Jangan Pakai Hukuman
Dinas Pendidikan Kota Batam cukup terpukul dengan peristiwa ini. Kadis Pendidikan Muslim Bidin meminta semua lembaga pendidikan di kota ini untuk tidak memberikan kado ulang tahun atau apapun kepada siswa dengan cara dihukum.
“Kalau mau kasih kado, kasih dengan hadiah. Jangan dengan hukuman meskipun itu hanya main-main,” imbuh Muslim Bidin yang ikut melayat ke rumah duka kemarin (16/12).
Muslim mengaku tidak dapat memastikan ada tidaknya hubungan antara hukuman yang diberikan di sekolah terhadap korban dengan kematian itu. Namun, disdik tetap menyikapinya dan telah meminta penjelasan dari guru wali kelas korban.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Batam Riky Indrakari, jugaprihatin dengan kasus ini. Ia menyatakan kekesalannya dengan sistem budaya instan yang dibudayakan generasi muda saat ini dan berakibat pada jatuhnya korban jiwa.
Riky menduga dengan hukuman yang diberikan oleh teman dan gurunya itu, korban mengalami konflik batin karena selama ini dia terkenal jujur. “Almarhum dituduh mencuri. Tentunya ia akan terkejut dan terjadi konflik batin karena tidak sesuai dengan jiwanya selama ini,” ujar anggota Komisi IV DPRD Batam ini.
Sementara itu, kasus ini kini masih ditangani Polsekta Sekupang. Beberapa polisi tampak hadir di rumah duka kemarin.