Seorang ahli astrobiologi mengklaim telah menemukan mikrofosil alien di
dalam sebuah meteorit yang mirip dengan cyanobacteria yang ditemukan di
Bumi. Ia memublikasikan penemuannya itu ke dalam Journal of Cosmology
pada Jumat, 4 Maret.
Klaim ini telah dikaji ulang oleh sekitar 100 orang ahli, dan telah ditanggapi baik dengan ketertarikan secara skeptis. Dr. Richard B. Hoover, ilmuwan NASA pada Marshall Space Flight Center di Huntsville, Alabama, menggunakan mikroskop elektron untuk memeriksa bagian dari meteorit “Alais”, “Ivuna”, dan “Orguecil” Cl1 carbonaceous meteorites.
Meteorit yang primitif secara kimiawi ini mengandung air dalam jumlah besar, lebih dari 22 persen, yang terbentuk lewat berbagai tipe debu dan material kecil lainnya yang eksis pada awal pembentukan tata surya.
Hoover mengamati adanya jajaran-jajaran berbeda yang besar, kompleks, badan berserabut yang telah berubah menjadi fosil di dalam meteorit tersebut yang tampaknya mirip dengan komunitas cyanobacterial yang tumbuh di dalam lumpur atau sedimen lempung di Bumi.
Analisis kimia terhadap contoh sampel mengungkap ketiadaan senyawa nitrogen di dalam filamen itu, yang menunjukkan bahwa mereka merupakan “sisa dari kehidupan di luar Bumi yang tumbuh pada meteorit ketika air dalam bentuk cair tersedia, jauh sebelum meteorit itu memasuki atmosfir Bumi,” tulis Hoover dalam penelitiannya.
“Penemuan ini berimplikasi langsung terhadap penyebaran kehidupan di
Kosmos dan kemungkinan kehidupan mikroba di dalam lingkungan berair pada
nuklei komet ketika ia melintas dalam orbit Mars dan ke bulan yang
terdapat es, dengan samudra air cair seperti Europa dan Enceladus.”
demikian ia menambahkan.
“Apa yang menjadikannya menarik dan luar biasa adalah meski banyak bakteri mencerminkan dan dapat dikaitkan dengan spesies umum di Bumi, tapi ada beberapa yang lain yang sepenuhnya asing (alien),” kata Hoover dalam jumpa pers. “Belum ada ahli lain termasuk saya yang setelah melihat bukti yang apa berhasil menyimpulkan makhluk apa ini sebenarnya.”
“Saya percaya penemuan ini menandakan bahwa kehidupan tidak hanya sebatas di Bumi saja, tapi tersebar secara luas di seluruh alam semesta,” ia menambahkan.
Dr. Rudy Schild, dari Center for Astrophysics, Harvard-Smithsonian,
adalah seorang Editor untuk Journal of Cosmology. Schild mempublikasikan
pernyataan yang menyangkut penelitian itu, dan menggambarkan Hoover
sebagai “ilmuwan dan astrobiologis yang amat dihormati dengan catatan
yang keberhasilan yang prestisius di NASA.”
“Karena penemuan ini masih kontroversial, kami telah mengundang 100
orang ahli dan menerbitkan lebih dari 5.000 undangan pada ilmuwan yang
tergabung dalam komunitas untuk mengkaji ulang penelitian ini serta
meminta mereka untuk mengajukan analisis kritisnya,” tulis Schild.
Komentar ini di publikasikan secara online dengan penelitian aslinya
pada 7-10 Maret, dan ditujukan baik untuk mereka yang menentang dan
mendukung temuan ini.
“Tidak ada penelitian lain dalam sejarah yang melewati analisis demikian
ketatnya, dan tidak ada jurnal sains dalam sejarah sains yang membuat
karya tulis yang amat penting ini tersedia untuk komunitas sains, untuk
kemudian dikomentari sebelum di publikasikan,” tulis Schild.
“Kami percaya cara terbaik untuk mencapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan adalah lewat debat dan diskusi.”