Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat menggelar pameran bertema 'Rahasia Jalan Sutra'. Pameran ini mengungkap misteri mumi China.
Meski tidak setenar mumi-mumi Mesir, mumi China yang ditemukan di Tarim Basin, wilayah sebelah barat China, tetap menarik perhatian.
Salah satunya, seperti dikutip dari Associated Press, adalah 'Si Cantik dari Xiaohe'. Mumi ini berkulit putih. Yang tidak biasa, matanya bulat. Mumi ini juga berambut panjang. Cirinya lebih mirip orang Eropa daripada suku yang hidup di China.
Kecantikannya terlihat jelas di wajah mumi ini. Bulu matanya lentik, hidungnya bangir, bibirnya tipis dan dagunya lancip. Tulang pipinya terlihat tinggi.
Selain itu juga dipamerkan mumi seorang bayi. Pameran ini mengundang minat pengunjung di universitas tersebut. Penasaran?
Mumi yang berasal dari dataran China memukau khalayak AS. Mumi yang hampir utuh itu mengenakan pakaian rumit, bulu mata, serta tampilan sangat tidak berwujud Asia.
Salah satu mumi yang disebut Si Cantik dari Xiaohe oleh para arkeolog, begitu mirip dengan manusia yang masih hidup dan terlihat seperti sedang tidur siang.
Dia memiliki kulit putih, mata bulat dan kepala yang menyerupai pegunungan dengan rambut panjang.
Tiga mumi bersama dengan 150 artefak lainnya, berusia antara 2.000 hingga 4.000 tahun akan dipajang untuk pertama kalinya di Amerika Serikat pada pameran Rahasia dibalik Jalur Sutera: Misteri Mumi dari China di Museum Bower Santa Ana California.
Tampilan mumi Kaukasian ini menggambarkan bahwa para nomaden pada era perunggu itu berkomunikasi dengan bahasa Indo-Eropa yang dibawa oleh bangsa Rusia dan Ukraina.
Ciri-ciri fisik dan gen dari China Barat dan mungkin bangsa pertama yang berhasil menjinakkan kuda, kata Spencer Wells peneliti mumi Tarim ini serta kepala The Geographic Project dari National Geographic Society.
"Saya terkejut ketika melihat mereka. Saya pikir, ya ampun mereka tampak seperti orang Eropa," ujar Victor Mair, profesor literatur dan bahasa China dari University of Pennsylvania yang telah mempelajari mumi sejak 1993 serta penulis bersama i The Tarim Mummies: Ancient China and the Mystery of the Earliest Peoples from the West.
Beberapa artefak yang ditemukan bersama mumi itu termasuk perunggu serta tulang domba, mengisyaratkan teknologi yang dibawa oleh bangsa Eropa seperti metalurgi dan beberapa hewan peliharaan ke China, yang menjelaskan tampilan Eropa dari mumi.
Hal itu menunjukkan pembauran budaya Eropa dan Asia telah ada setidaknya 4000 tahun yang lalu, ujar Mair.
Mair juga menambahkan bahwa dari penelitan DNA memberikan gambaran bawa pria dari barat melakukan perkimpoian dengan perempuan lokal.
Mumi tersebut terpelihara lebih baik daripada beberapa mumi Mesir, berkat kombinasi dari kondisi kering dan asin tanah di Dataran Rendah Tarim dan teknik pelestarian dari Cina selama ini, kata Mair.
Meskipun artefak menyiratkan bahwa perdagangan antara Eropa dan Asia ada selama Zaman Perunggu di Jalur Sutera -sebuah rute perdagangan antara Asia, Eropa dan Afrika- tidak secara resmi berkembang pada masa 138 tahun sebelum masehi saat Dinasti Han, ucap Mair.
Pameran tidak hanya artefak dari mumi, tetapi juga dari milenium pertama, termasuk sepatu sutra rumit, kata Mair.
"Sangat menakjubkan bahwa mereka (mumi) sebenarnya telah datang ke Amerika Serikat untuk pertama kalinya," kata Wells.
"Ini adalah budaya yang sangat sedikit orang yang mengetahuinya. Arkeolog barat menemukan bahwa mumi tersebut relatif baru. Ini merupakan hal yang sangat menarik."